More Sex (Education), Please  

28 Mar 2008

More Sex (Education), Please
Kompas, 02 Mei 2007

MASALAH seks, sesering apapun dibicarakan, tetap bikin penasaran. Apalagi sekarang makin banyak beredar VCD porno yang sampai ke tangan kita. Kali ini, kita sudah betul-betul memerlukan informasi soal seks yang pas.

Maunya, kita tidak terlibat dalam hubungan seks sebelum menikah. Tapi, sering kali hal itu terjadi di luar kesadaran kita. Pernah ada kasus sepasang kekasih duduk berduaan saja di ruang tamu keluarganya. Awalnya hanya ngobrol. Saking asyiknya sampai tidak sadar kalau mereka sudah duduk begitu dekat. Berikutnya mulai pegang-pegang tangan. Selanjutnya, "terserah anda, alias berlanjut ke tahap berikutnya yang lebih "asyik".

Nah! Bagaimana caranya agar tidak kebablasan? Nasehat basi yang sering kali diucapkan oleh orang-orang tua adalah jangan hanya berduaan sambil duduk merapat dengan pacar di tempat sepi. Intinya, sih, kita perlu selalu "ngeh" bahwa di usia seperti sekarang, sayang-sayangan dengan pacar punya potensi menjurus ke "adegan asyik" itu tadi. Apalagi di zaman gini hari, ketika hal-hal yang berbau seksualitas muncul di setiap sudut, bukan hal sulit mencari film beradegan esek-esek serta tulisan atau gambar-gambar yang mengundang. Tak hanya di kota besar, di kota kecil pun hal-hal semacam itu berserakan. Begitu mudahnya informasi tersebut didapatkan, semudah kita membeli coke. Kalau begini ceritanya, bagaimana kita tidak mudah terprovokasi, coba?

Salah siapa?

Bicara soal salah benar, jelas tidak mudah. Lalu kita salah atau tidak sih kalau membaca atau mencoba mendapatkan informasi-informasi "biru" itu? Mencari tahu tentang seksualitas dan semua permasalahannya jelas tidak salah. Tapi, akan lebih baik jika bertanya ulang pada diri sendiri, kenapa sih kita begitu ingin tahu soal seksual? Agar tidak ketinggalan zaman? Hanya iseng? Atau memang butuh?

Sebagai remaja, kita memang butuh tahu kehidupan seksualitas dan perilaku seksualitas kita. Ini semua jelas pengetahuan wajib. Pada saat remaja inilah perkembangan seksualitas manusia sedang dalam tahap perkembangannya yang optimal. Nah, informasi yang benar bisa membantu kita menjaga diri agar tidak merusak rencana-rencana yang sudah kita susun untuk hari esok (bisa dibaca: masa depan).

Berarti, semangat mencari tahu kita sudah benar. Namun, mengapa proses mencari tahu dan sumber informasi yang didapat potensial membuat kita terjebak pada perilaku seksual? Ada banyak alasan, antara lain karena ada rasa ingin tahu yang sangat besar tentang perilaku seksual, sampai-sampai harus praktik dulu untuk membuktikannya! Ada juga lho yang berhubungan seksual menikah karena ingin membuktikan rasa saling mencintai, saling mempercayai, dan berbagai "saling" yang lain terhadap pasangannya. Basi banget, ya! Padahal rasa sayang, percaya, dan cinta hanya bisa ditunjukkan justru dengan saling menjaga diri, kehidupan, dan masa depan pasangan masing-masing. Sudah bukan zamannya lagi menunjukkan perasaan dengan rela berhubungan seksual sebelum nikah.

Kenapa sih kita perlu menghindari hubungan seksual sebelum menikah? Ternyata, nih, risiko berhubungan seksual sebelum menikah lebih banyak dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Coba saja, pasti akan ada keterpaksaan untuk menikah dan mungkin juga berhenti dari sekolah akibat married by accident (MBA); belum lagi perasaan takut hamil, dikucilkan dari keluarga besar, dari teman-teman, dari tetangga. Waduh! Serem banget..!

Hindari risiko

Daripada berisiko mending kita pandai-pandai menjaga diri. Selain memperkaya diri kita dengan informasi seksualitas yang sehat dan bertanggung jawab, cara lain yang lebih efektif adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Menunda hubungan seksual sebelum menikah ini kita sebut dengan istilah abstinentia pada masa remaja. Abstinentia membutuhkan komitmen, motivasi, dan pengendalian diri yang sangat baik. Keinginan untuk berdekatan secara fisik dengan pacar memang hal yang alamiah. Siapa sih yang tidak ingin berdekatan terus dengan pujaan hati? Tapi, karena alasan ini pula, kita juga harus mampu meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri dan menemu-kenali semua titik lemah diri kita sendiri. Jangan sampai deh kebablasan. Kalau saja kita bisa kenal dengan diri kita, tahu di mana dan bagaimana kelemahan-kelemahan diri, rasanya kita sudah memperkecil kemungkinan untuk terlibat hubungan seksual sebelum menikah. Misalnya, nih, jika kita mudah bergejolak jika nonton film berdua pacar di bioskop nan dingin dan gelap, sebaiknya rencana nonton berdua diganti dengan nonton beramai-ramai.

Cara mengatasi

Meskipun sudah banyak banget artikel yang mengingatkan kita agar kita tidak terjebak dalam perilaku seksual, nyatanya tetap saja banyak kasus mengenai perilaku seksual sebelum menikah. Masih saja banyak kasus-kasus kehamilan sebelum menikah yang terjadi kepada teman-teman kita yang masih duduk di bangku sekolah. Bagaimana cara efektif menunda hubungan seksual sebelum menikah? Ini beberapa diantaranya :

Tetapkan bersama pacar, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Bersikap tegas! Sekali bilang tidak, tetap tidak. Pada saat mengatakannya segera alihkan pikiran kita dari keinginan tersebut. Ketegasan yang muncul dari hati akan terbaca jelas oleh pacar, dan itu bisa membuat hasrat si pacar menyurut.

Jangan terlalu tergantung sama pacar. Memiliki teman yang banyak bisa membuat kita menjaga diri agar tidak terprovokasi ke arah tindakan seksual.

Kalau tidak sanggup, jangan berduaan di daerah sepi atau di tempat lain yang memungkinkan terjadinya hubungan seksual. Ya, seperti pesan-pesan basi para orang tua itu.

Perbanyak kegiatan lain yang bisa mengalihkan pikiran kita dari aktivitas seksual. Ini juga nasihat basi, tapi cukup ampuh.

Ini yang paling penting, dengarkan kata hati! Ketika situasi sudah membuat kita tidak nyaman, segera tinggalkan tempat itu. Bisa, kan?

So … please not now for sex.

AddThis Social Bookmark Button

Design by Amanda @ Blogger Buster