Virginitas dan Remaja kita  

28 Mar 2008

Virginitas dan Remaja kita

Informasi dikumpulkan oleh relawan YAI
Swara Cantika

Anda percaya Britney Spears masih perawan? bintang remaja dari negeri Paman Syam ini pernah sesumbar bahwa ia hanya akan menyerahkan keperawanannya setelah menikah. Anda boleh percaya boleh tidak. Dengan gaya sensual mestinya tidak sedikit remaja putra yang merasa diundang, untuk berfantasi seberapa kuat sih si dara seksi ini tahan godaan? kita perserahkan saja persepsi orang tentang Britney Spears yang jelas remaja cantik ini digandrungi remaja seantero dunia, termasuk remaja kita, bila ia masih perawan (tak jelas benar apa alasannya sebab budaya tempatnya tinggal toh membolehkan seks pranikah) ini berita baik buat para orang tua sebab sedikit atau banyak paham sang Bintang ini berpengaruh pada fansnya yang notabenenya adalah remaja sebagaimana diketahui remaja adalah individu yang sedang mencari jati diri sendiri dapat mungkin kini ia akan meniru tokoh idolanya.

Sepanjang yang ditiru itu adalah sisi positifnya kita bisa lega, namun bagaimana bila yang ditiru itu adalah sisi negatifnya, begitu kerisauan NY. Vika (bukan nama sebenarnya) yang punya seorang remaja putri berusia 18 tahun. Hal ini juga yang banyak dikhawatirkan oleh para ibu di negara kita, mungkin termasuk anda, bagaimana bila para remaja kita mengadopsi seks pranikah yang dilahirkan oleh budaya barat? sementara pada masa globalisasi seperti sekarang ini budaya Barat sangat diakrabi remaja kita, sambung Ny. Vika kekhawtiran Ny.Vika memang sangat beralasan walaupun sampai saat ini menurut pengakuan remaja putrinya ia masih perawan, tapi cara berpacaran anaknya membuat hatinya selalu deg-degan. Lebih-lebih hasil studi lapangan seorang remaja putri tetangganya menunjukkan bahwa lebih banyak teman-teman remajanya yang telah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya ketimbang yang tidak melakukan.

Adalah Anindya Mutiara Dianingrum. Berusia 17 tahun, siswi SMU Labshcool Jakarta Program Akselerasi (masa tempuh SMU hanya dua tahun) yang telah melakukan studi ini. Selain karena faktor tugas dari guru bidang studi ia tertarik melakukan studi mengenai virginitas (keperawanan) ketika seorang temannya bercerita bahwa ia sudah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya. Itu mengejutkan saya" kata anin, begitu dara manis ini biasa dipanggil. Selain itu ia juga mengetahui ada kakak kelasnya yang juga sudah berkali-kali melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, dan anehnya si kakak kelas mengaku tidak mencintai pacarnya, kok bisa ?

Dia sendiri tidak tahu jawaban pastinya. Mungkin hanya mengikuti naluri seksnya saja, ujar anin mencoba menjelaskan perilaku berpacaran si Kakak kelas, bila dengan pacar yang tidak dicintainya saja ia bisa melakukan hubungan seksual berkali-kali lantas bagaimana dengan pacar yang betul-betul dicintai? ya itu sempat jadi pikiran saya juga, kata anin memberi judul karya tulisnya " Virginitas suatu hal yang penting" lain lagi cerita teman perempuannya yang malah berani memutuskan pacarnya, padahal mereka telah sering bersebadan. Walau ia tahu kebanyakan dari teman-temannya sudah tidak virgin lagi, tapi Anin mengaku sampai detik ini ia tidak mengikuti jejak mereka.

Saya takut dosa, dalam agama saya dikatakan berbuat seperti itu adalah dosa besar, ujar Anin tegas. Beruntunglah bila remaja kita seperti Anin, filternya adalah di dalam dirinya sendiri yakni kesadaran bagaimana dengan remaja kita yang lain.

Anin menyebar kuesioner secara acak dengan sistem sample kepada 24 remaja putri dan 12 remaja putra dari beberapa sekolah di Jakarta pada kurun 1 sampai 7 Desember 2001. Responden berusia 15 - 18 tahun, heteroseksual (bukan homo atau lesbi) pernah jatuh cinta dan pernah berpacaran dengan latar belakang keluarga tertutup (tidak membicarakan seks secara terbuka) dan keluarga terbuka (membicarakan seks secara terbuka). Hasil dari studi ini memperlihatkan bahwa remaja putra maupun putri kebanyakan sudah pernah menonton atau membaca film atau buku porno, bahkan adalah yang berkategori sering virginitas, baik remaja putra maupun putri menganggap itu penting. Namun anehnya perilaku berpacaran mereka tidak menunjang anggapan itu. Banyak remaja putra maupun putri yang telah melakukan hubungan seks, terutama yang berasal dari keluarga yang terbuka. Sekalipun telah melakukan hubungan seksual selama berpacaran tapi remaja putra menolak calon istri yang sudah tidak perawan. Kehilangan keperawanan di sini adalah akibat disengaja, bukan karena perkosaan. Sementara kesediaan remaja putri untuk menerima calon suami yang tidak perjaka adalah tergantung. Tergantung apa? belum jelas benar. Hal ini kontradiktif juga tercermin dari jawaban remaja putri, mereka menganggap virginitas itu penting karena budaya timur masih meluhurkannya. Tetapi sekalipun demikian mereka menolak untuk mereparasi selaput dara bila telah kehilangan.

Kontradiksi dalam diri remaja kita yang seperti ini jelas tidak menyehatkan, secara psikis mereka merasa terancam, (karena tidak perawan lagi) namun untuk sama sekali menghentikannya bukanlah perkara yang mudah. Lebih-lebih dari hasil penelitian Anin menunjukkan bahwa baik remaja putrid maupun putra berpandangan biasa saja. Terhadap teman yang telah berhubungan seksual. Dengan kata lain bersebadan sebelum nikah bukanlah masalah. " Aduh … saya prihatin sekali kalau remaja kita berpandangan begitu. Bagaimana dengan anak cucu kita, nantinya ? ' Tanya Ny. Vita galau, padahal sebagian besar remaja bukannya tidak tahu resiko berhubungan seksual pranikah. Ini tercermin dari jawaban sebagian besar responden anin bahwa mereka tahu resiko berhubungan seksual secara medik.

Mitos Seputar Virginitas

Persoalan remaja zaman kini memang lebih kompleks, bukan hanya masalah tinggi badan, jerawat atau ketombe juga masalah terlambat bulan, nyeri kalah menstruasi sedang datang, pertengkaran dengan pacar atau kecelakaan. Yang lebih berat lagi adalah masalah napza (narkotika, psikotropica, dan zat adiktif) begitu antara lain cetusan hati seorang remaja bernama Dina dalam kompas 17 februari 2002. Sementar menurut Prof. Dr. Biram Affandi dalam orasi pengukuhannya sebagai guru besar tetap obstetric dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) permasalahan 100 tahun lalu tidak serumit remaja sekarang. Dulu seorang perempuan mendapatkan haid pertamanya (menarche) pada usia 17 tahun. Setelah itu segera menikah, pernikahan disusul dengan kehamilan selama lebih kurang 9 bulan, kemudian sekitar dua tahun ia menyusui anaknya (laktasi) setelah efek laktasi menghilang, ia hamil anak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya sampai mendapat haid (menopase). Dengan begitu sejak ia mendapat menarche sampai menopause mendapat haid hanya 10 - 40 kali saja seumur hidupnya.

Bandingkan dengan kondisi remaja zaman sekarang yang mendapat haid pada usia 12 tahun atau malah kurang diri itu setelah itu mereka tidak segera menikah (lebih-lebih remaja di perkotaan) karena melanjutkan sekolah atau mengejar karier. Kalaupun mereka menikah masa menyusui biasanya tidak dua tahun. Jumlah anakpun umumnya dua dengan jarak usia yang tidak dekat. Apa arti semua ini ? artinya cewek zaman ini lebih banyak mendapat haid ketimbang cewek tempo dulu selama rentang usia reproduksinya seorang wanita modern mendapat haid sampai 400 kali. Ini juga berarti bahwa wanita masa kini lebih punya banyak keluhan soal haid dan masalah yang berhubungan dengannya seperti haid tidak teratur, endometriosis, dan nyeri haid. Masalah lain wanita zaman sekarang menurut Biran adalah makin besarnya kesenjangan antara usia pertama kali seorang wanita mendapat haid dengan umur menikah. Akibatnya sering terjadi kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya.

Kehamilan yang tidak diinginkan akan sangat mengganggu kesehatan remaja baik fisik maupun psikis sebagaimana sudah kita ketahui (dalam penyakit khas perempuan, swara kartini Indonesia No. 44) wanita yang berhubungan seksual pada usia muda berisiko terkena kanker leher rahim. Penyebab pasti kanker rahim itu sendiri. Sebenarnya belum jelas kata DR. H. Boyke Dian Nugraha. Sp.OG. MARS. Di sisinyalir penyebabnya adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) yang ditularkan lewat hubungan seksual dan masuk ke sel-sel tubuh lewat perlukaan yang terjadi di leher rahim yang perlu digaris bawahi virus HPV makin mudah menginveksi bila adalah kerentanan pada selaput lendir mulut rahim seperti yang terjadi pada remaja yang kawin muda. Sel-sel mukosa leher rahim remaja belumlah matang, sehingga rentan terhadap perubahan dari kondisi normal. Adanya virus HPV akan mengubah perkembangan sel-sel tersebut menjadi kanker. Sementara itu, secara psikis, remaja (usia 12 - 21 tahun) belumlah matang untuk menerima proses kehidupan janin dalam rahimnya, lebih-lebih untuk menjadi ibu dan istri. Jangan lupa bahwa pada remaja sedang terjadi pertumbuhan dan perkembangan baik pada raga maupun jiwanya. Perkembangan jiwa yang belum optimal ini pada gilirannya memunculkan konflik-konflik bila ia terpaksa harus jadi ibu dan istri (ingat sinetron pernikahan dini).

Sebagai orang tua masa kini, keluhan yang disampaikan Dina sangat baik untuk kita simak dan pahami. Remaja-remaja yang lain pun mungkin punya problem yang sama. Tapi Dina yang agaknya punya kesempatan dan kemauan untuk mengungkapkannya ke publik dengan bahasa yang jelas. Remaja asal Jakarta siswi kelas II SMU yang aktif di Palang Merah Remaja ini menjadi tempat curhat teman-temannya, sehingga ia mengetahui cukup banyak problem yang dialami oleh teman-teman sebayanya. Inti dari semuanya yang disampaikannya . Ia mempertanyakan kemana remaja harus pergi untuk mencari jawab bagi permasalahannya. Orang tua guru bahkan dokter tidak mereka percayai. Alasannya orang tua sering kali intervensi ke wilayah privasi mereka. Seperti menggeledah kamar dan membaca buku harian tanpa izin mereka. Ketika pergi ke dokter mereka tidak diberi kesempatan untuk bicara dari hati ke hati dengan dokternya. Pemilihan dokter pun tergantung orang tua sehingga dokter yang dipilih orang tua tidak pas dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Sedangkan guru kurang mereka percayai karena sering kali tidak memberi teladan. Contohnya guru olahraga dan guru agama merokok di hadapan mereka. Mengenai dokter mereka merasa dokter Cuma bisa memberi nasihat tanpa memahami problem yang sedang mereka hadapi.

Faktor-faktor ini semua membuat solidaritas mereka sebagai sesama remaja menjadi tinggi, sehingga mereka lebih memilih memecahkan problema yang mereka hadapi lewat teman-temanya sendiri. Tambahan pula menurut Psikolog UI dalam harian yang sama, pada masa remaja anak memang lebih mendengarkan perkataan temannya ketimbang orang tuanya.

Nah. Bisa dibayangkan biola remaja mencari jawab bagi permasalahannya yang kompleks itu hanya melalui teman-teman sebayanya yang notabennya masih mencari, mencoba dan meraba-raba segala sesuatu. Misalnya ingin tahu soal virginitas, karena dibicarakan sesama mereka maka yang muncul adalah mitos-mitos seputar virginitas seperti keperawanan bisa dilihat dari bentuk pinggul, dan cara berjalan, cewek yang masih perawan adalah yang mengeluarkan darah saat bersebadan pertama kali, cewek yang tidak perawan kehilangan harga diri seumur hidupnya sementara cowok yang tidak perjaka lagi adalah hal yang biasa, kalau kehilangan keperawanan bisa saja sewaktu-waktu operasi selaput dara.

Jalin komunikasi yang baik

Menurut Prof Dr. Hargono Hadisumarto, guru besar dari IKIP Jakarta (Sekarang Universitas Negeri Jakarta) yang mendalami bagaimana cara mengajarkan dan mendidik seluk-beluk kehidupan seksual untuk remaja, mengetahui seluk-beluk seks yang benar adalah sangat penting karena seksualitas adalah dasar bagi pembentukan kepribadian yang baik dalam diri seseorang. Dalam buku Pendidikan Kehidupan Keluarga yang ditulisnya, ia menyatakan bahwa seks adalah yang menarik dan indah dalam hidup ini. Oleh sebab itu anugerah Tuhan ini harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, bertolak dari sini tidak heran bila Hargono mengkategorikan seks di luar nikah sebagai penyimpangan seksual. Namanya juga penyimpangan berarti bukan suatu hal yang normal dan bisa di tolerir. Sebab pemahaman remaja yang kehilangan virginitasnya tidak berhenti pada polemik penting tidaknya keperawanan melainkan berlanjut pada persepsi negatif dirinya dan pandangan negatif orang lain terhadap diri remaja itu sendiri. Berlanjut pula pada sulitnya menghentikan kebiasaan seks pra nikah. Sampai di sini jelas remaja memerlukan uluran tangan dari para orang tua, guru dan ahli yang notabene lebih berpengalaman dalam hidup untuk membantu memecahkan masalah mereka.

Psikolog Rifa menyarankan jangan sekali-kali mejauhkan diri dari remaja yang bermasalah. Bila mereka dijauhi maka tidak ada penyelesaian dan si remaja pun akan semakin terjerumus, remaja yang bermasalah juga tidak membutuhkan hukuman karena hukuman tidak efektif untuk menyelesaikan masalah remaja. Bila dikerasi, remaja akan mengambil sikap defensif yang akhirnya tidak mau membuka diri. Yang efektif menurut Rima adalah melalui komunikasi berbicara dengan intonasi yang datar namun bersahabat. Bila komunikasi sudah terjalin baik antara orang tua dengan remaja, para nasehat Hargono yang ditujukan kepada para remaja seperti berikut ini bisa kita sampaikan kepada mereka.

* Tidak perlu kamu terpesona dengan rayuan-rayuan semanis madu yang sebenarnya adalah empedu.
* Tidak perlu kamu merasa berutang budi kepada siapa pun dengan balasan bersebadan.
* Badanmu adalah milikmu sendiri dan tidak seorang pun berhak berbuat sesukanya pada tubuhmu.
* Kalau kamu percaya pada agama yang kamu anut, kehormatan keluarga yang harus dijunjung, tidak menghendaki kehamilan pada usia remaja dan terhindar dari penyakit kelamin akibat hubungan seksual, sebaliknya tunda hubungan seksual sampai kamu menikah nanti.
* Jangan percaya pada teman-teman yang mengajak untuk melakukan hubungan seksual dengan mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka sudah melakukannya. Tidak usah takut tidak dianggap oleh mereka yang benar dan yang sehat adalah sebagian besar wanita dan pria masih memilih menunda hubungan seksual sampai mereka menikah.

Naluri seks adalah naluri yang sebenarnya diberikan Tuhan kepada manusia untuk mempertahankan jenisnya (mempunyai keturunan). Tujuan yang dimanifestasikan manusia dengan bersebadan itu diiringi dengan rasa nikmat. Kenikmatan seksual inilah yang biasanya di salah gunakan oleh manusia, termasuk para remaja yang belum mengerti hakikat keberadaan manusia dalam kehidupan ini. Misi luhur dan sacral dari berhubungan seksual seperti ini sebaiknya yang kita tanamkan dalam diri remaja. Dari mana memulainya? bermula dari rumah tentunya lalu ke lingkup yang lebih luas. Di rumah kualitas dan kuantitas komunikasi yang baik adalah hal yang perlu dibangun oleh orang tua sejak dini (sejak masa anak-anak). Menurut Psikolog Rifa dengan terbentuknya komunikasi yang terjalin baik maka bila kelak anak mendapat masalah pada usia remajanya tidak akan terlalu sulit untuk menghadapinya. selain itu sejak kecil anak dibiasakan untuk mengisi waktunya dengan hal-hal yang berguna. Anak yang sejak kecil punya jadwal padat akan lebih bisa mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang berguna pada masa remajanya ketimbang yang tidak, lanjut Rifa.

Solusi yang lain. Peran Puskesmas yang kini sudah mengakar di masyarakat bisa dikembangkan untuk mempunyai divisi khusus yang menangani permasalahan remaja. Tentunya dengan tenaga ahli yang pas buat menangani kasus mereka. Apakah dokter bagian atau psikiater ? yang lebih pas mungkin dokter spesialis anak, sebab cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan remaja adalah ilmu kesehatan anak. Ilmu ini mempelajari kesehatan anak. Ilmu ini mempelajari kesehatan anak sampai individu tersebut berusia 21 tahun. Kenyataannya sampai saat ini dokter spesialis anak kurang dikenal sebagai ahli kesehatan remaja. Selain itu apakah remaja mau mempercayai dokter anak sebagai tempat tempat curhatnya ? mengingat umumnya remaja ogah disebut masih anak-anak sekalipun menyadari dirinya belum bisa dianggap individu dewasa. Dan dokter spesialis anak pun nampaknya masih sibuk mengurusi anak anak melulu terutama balita yang sejak krisis moneter melanda negara kita daftar masalahnya bertambah panjang. Untungnya media masa sekarang ini baik cetak maupun elektronik banyak yang menyediakan ruang yang membahas masalah remaja.

AddThis Social Bookmark Button

Design by Amanda @ Blogger Buster